Curhat, Nostalgia

Rifina dan Facebook

Beberapa waktu lalu (alias udah lama banget) aku membuka Facebook (FB) melalui laptop setelah sekian lama.

Biasanya dalam hal akses-mengakses internet aku selalu lewat ponsel jika dirasa cukup memenuhi kebutuhan. Karena bisa buka lewat ponsel itulah aku jadi lebih sering melihat tampilan mobile FB daripada desktopnya. Waktu itu agak berbeda, ada suatu kebutuhan yang terhambat ketika buka lewat mobile, jadi kubukalah FB lewat laptop. Setelah sekian lama, akhirnya aku kembali menatap FB dalam tampilan penuhnya. Entah mengapa itu memunculkan rasa nostalgia. Jadi teringat tampilan muka FB di desktop saat pertama kali kukenal.

Pertemuan pertamaku dengan media sosial berlambang huruf f ini adalah saat aku SD kelas 5 atau 6. Temanku yang menjadi “makcomblang”-nya. Mungkin sekitar tahun 2009. Seingatku konsep berandanya masih sama seperti sekarang―terbagi ke tiga kolom, tapi dulu masih sepi dan sangat monoton. Fiturnya juga masih sangat terbatas. Jangan harap ada fitur story karena saat itu pun Instagram belum lahir. Twitter sudah ada sejak tiga tahun sebelumnya (tapi aku baru tahu eksistensinya 3-4 tahun kemudian). Ada yang bilang kalau tampilan muka FB tahun 2009 mirip Twitter.

Foto dari Daily Dot

Ya, ya, ya. Seingatku tampilannya seperti foto di atas. Masih serba kotak-kotak, tapi sudah cukup keren pada zamannya.

Saat itu sebenarnya masih zaman-zamannya forum daring gitu, yang bisa bikin nickname sealay apapun sesuka hati. Apa ya namanya … semacam IRC gitulah. Ehm, harusnya sih anak SD tidak patut coba-coba ke sana, hahaha. Tapi alhamdulillah sih waktu itu aman-aman aja. 🙈 Sudah punah atau masih ada, ya?

Banyak yang bilang situs semacam IRC ini cikal bakal media sosial masa kini. Tampilannya benar-benar jauh lebih sederhana dari FB. Yang masih kuingat di situ ada chatroom dan daftar anggota aktif. Anggotanya berkenalan dengan mengetikkan “ASL pls” untuk menanyakan umur, jenis kelamin, dan lokasi tinggal. Font-nya persis yang ada di Notepad. Setiap nama anggota yang muncul di obrolan akan tampak dengan warna yang berbeda.

Kembali ke FB. Sampai SMP, aku masih aktif buka FB, khususnya untuk main gim Pet Society. Masa-masa di mana aku masiH mudah “dihasut” untuk log in harian di Pet Society supaya dapat hadiah. Gandrung banget deh, sampai rela mengeluarkan uang beneran untuk uang bohongan. 🙂 Masa-masa yang hm sekali.

Aku ngapain lagi ya selain main Pet Society…. Cari-cari akun FB teman-teman dan guru SD?

Waduh, berarti guru-guru SD-ku menjadi saksi kealayanku ya…. Nasi sudah menjadi bubur. Rifina sudah tobat kok sejak 2012. 😅

Selain FB, sebenarnya saat itu masih ada Friendster, tapi seingatku mulai kalah pamor. Aku tidak punya akun Friendster, tidak berniat bikin juga karena Facebook mulai digandrungi. Pokoknya mah Facebook memang lagi booming. Makanya sampai saat ini pun penggunanya masih buanyak buanget.

Kalian gimana? Sejak kapan terjun ke Facebook? 🤔 Masih aktif sampai saat ini? Aku sih tidak terlalu, kecuali memang ada urusan yag mengharuskan buka Facebook. Atau … sudah sangat bosan dengan aplikasi lainnya. 😂

.

Bogor, 18 Juli 2019

Tulisan lama yang baru diselesaikan saat waktu luang PKL (baca: gabut).

17 thoughts on “Rifina dan Facebook”

    1. Semacam memenuhi salah satu misi kehidupan ya, Mas; punya akun FB. 😂 Jangan2 udah banyak sarang laba-labanya tuh, hehe.

      1. ya dulu ya Ingin tau aja, biar kalau ada yang nanya bisa jawab punya 😂, jarang buka sih..kayaknya iya dah berdebu

      2. Aku dulu kurang cerdik berartii, hahaha. Terlalu kreatif sampai bikin banyak password untuk tiap media sosial. Walau konsepnya password-nya sama, tapi yaa ‘lupa’ sering nggak terhindarkan. 😂

    1. Aku jarang banget, Mas. Soalnya timeline isinya negatif melulu. Nggak baik untuk kesehatan jiwa, jadi menyingkir saja. 😅

      1. iya juga sih, makanya aku mulai beralih update blog. Di sini nyaris gak ada yg nyinyir, tapi orang2 yg punya kreatifitas dan suka dunia literasi. Sebenarnya di fb banyak orang bisa menulis tanpa sadar, tinggal memindahkan ke blog saja. Cuman sayangnya, jauh lebih sedikit yang menyukai blog dari pada medsos macem fb. Dunianya lebih sunyi di blog. 🙂

      2. Setuju banget, Mas! Musti banget pake tanda seru ini mah. 😂 Di dunia blog memang nyaris nggak ada yang nyinyir, pun lebih sunyi. Kalau aku pribadi justru kesunyian itu yang kucari. Rasanya lebih leluasa, apalagi waktu pengikut blog ini baru puluhan. Sekarang tau2 udah ratusan aja. Masih sunyi sih, tapi fana. Soalnya banyak pembaca diem2 alias silent reader. 😆

      3. yup, di blog lebih bisa menemukan makna. apalagi kalo baca2 tulisan di awal2 ngeblog. kadang senyum karena lihat tulisan2 yg masih kacau, kadang malu hihi.
        intinya, blog bagus buat melatih menulis. walaupun sekarang nih aku masih asal menulis saja, karena tak cukup waktu untuk untuk menyusun tulisan yg panjang2 di tengah kesibukan mencari sesuap nasi segenggam berlian. 🙂

      4. Tulisan masa lalu suka bikin meringis, hahaha. Tapi bagus sebagai jejak perkembangan menulis kita. :)) Semangat terus ya, Mas!

Leave a comment