Keluarga

Gara-gara Zuppa Soup

Beberapa minggu lalu (udah agak lama juga sebenarnya), keluarga kami mendapat undangan pernikahan dari tetangga. Yang diundang sih ayah dan ibu. Namun, aku tergelitik untuk menceletuk.

“Itu undangannya di gedung atau di mana?” tanyaku.

“Di gedung.” Ibu menjawab tanpa menoleh. “Kenapa?”

“Kalau gitu, aku ikut, ya,” sahutku. “Mau makan zuppa soup!”

Sebenarnya, pernyataanku barusan memang terdengar agak kurang ajar sih, hahaha. Tapi, memang begitu kenyataannya. 😂

Aslinya aku tipe yang kurang suka menghadiri undangan walaupun diadakan di gedung sekalipun, kecuali yang memang ditujukan untuk diriku sendiri. Namun, untuk undangan kali ini, entah mengapa aku agak antusias. Sebut saja mendadak ingin makan zuppa soup karena itu tidak sepenuhnya salah―tapi tidak sepenuhnya benar juga. Ada dorongan lain yang membuatku ingin menghadiri undangan kali ini. Ibu bahkan heran karena anak perempuan satu-satunya yang dikenal mager bepergian ini malah mengajukan diri untuk ikut undangan, hahaha.

Acara pernikahan itu dilangsungkan pada hari Jumat pukul tujuh malam. Kami berangkat sekeluarga. Selain ada aku yang kebetulan pengin ikut, ada adikku juga yang terkenal lebih mager dari aku setiap keluarga kami bepergian. Oh, kecuali bepergian yang menginap sehari semalam ya, semager apapun aku dan adikku pasti ikut dong.

Saat tiba di lokasi, parkirannya hampir penuh. Ramai banget. Dengar-dengar sih mempelai wanita dan prianya tinggal di kompleks yang sama dengan kami, hanya saja berbeda blok. Karena itulah, bisa dibilang undangan kali ini seperti mengundang orang-orang sekompleks. Setiap berjalan beberapa langkah, pasti ada saja yang menyapa ayah dan ibu. Aku sih mengekor saja.

Ketika ayah dan ibu hendak bersalaman dengan pengantinnya, aku disuruh menunggu sambil menjaga dua saudaraku yang lain. Karena sudah sering mendapat tugas sebagai penjaga dan pengawas, aku oke-oke saja. Aku juga berinisiatif mengajak kakak dan adikku pergi mencari sesuatu untuk dimakan karena menunggu sambil mematung itu membosankan. Karena tugasku adalah menjaga dan mengawas, sepertinya mengajak mereka cari es krim bukan tindakan yang salah.

Niatnya sih mencari zuppa soup, makanan yang sudah kuidamkan sejak beberapa hari lalu, tetapi saat itu sedang ramai. Setelah melewati stand siomay yang antriannya mengulat, kami memutuskan untuk berhenti di stand es krim. Zuppa soup-nya nanti sajalah, pikirku. Setelah masing-masing dari kami sudah mengambil satu, aku pun kembali mengajak mereka ke tempat semula, di dekat … apa ya, sebut saja red carpet gitu buat pengantinnya jalan masuk-keluar gedung. Intinya, di situ kami bisa melihat orang yang baru datang. Aku baru makan es krim beberapa sendok, mendadak kulihat ada empat sosok orang yang familiar. Teman SDku dan keluarganya!

Aku terkejut bukan main sampai sempat melongo. Ada beberapa alasan mengapa aku begitu terkejut. Pertama, dia teman SDku dulu. Kedua, temanku ini kuliahnya di Unpad, plus dia anak FK yang kudengar jarang banget dapat libur panjang. Ketiga, keluarganya sudah pindah ke Bandung sejak tahun 2015. Kermpat, aku tidak menduga sama sekali kalau dia bakal diundang juga (ternyata ibunya diundang oleh tetangganya waktu kami masih tinggal sekompleks). Kelima, temanku itu tidak bilang kalau bakal main ke Depok. 😂 Maka, dalam sekejap, kondangan itu pun berubah menjadi acara reuni. Aku yang masih terkejut pun berulang kali mengungkapkan keterkejutanku padanya kalau aku benar-benar tidak menyangka.

Kami sempat mengobrol asyik sampai orang tuanya pamit sebentar untuk salaman degan pengantin. Selain ada temanku, ada adiknya juga di sana. Sepantaran adikku, dan mereka juga seangkatan di SD yang sama―makanya aku bilang ini jadi ajang reuni. Banyak topi yang kami angkat selama menunggu, seperti keterkejutanku terhadap kehadirannya (masih ya), adiknya yang masuk FKUI lewat SBMPTN, daftar ulang anak SBMPTN yang tinggal empat hari lagi,ketidakpercayaanku bahwa dia datang ke kondangan ini (lagi), konfirmasi bahwa kini temanku sedang menggarap skripsi, dan masih banyak lagi. Aku tidak lupa merekomendasikan es krim yang kuambil padanya, bahkan kuberi free tester. 😂

Orang tuaku datang setelahnya, merasakan keterkejutan yang sama denganku karena tidak menyangka temanku dan keluarganya akan datang ke acara ini. Namun, karena orang tuanya tidak kunjung datang dan ibu mengajak makan, jadilah kami berpisah walau masih ada banyak hal yang ingin kami bicarakan. 😦

Selesai makan, bahkan saat makan pun, aku masih kepikiran temanku. Ingin sekali rasanya mempertemuman orang tua kami, mereka juga sudah lama sekali tidak bertemu. Terakhir itu tahun 2015 saat kami tidak sengaja bertemu di dekat semacam danau/waduk di Unpad Jatinangor. Saat itu aku sekeluarga (minus ayah) sekitar pukul delapan malam baru pulang dari Jatos, jalan kaki lewat dalam Unpad, dan tahu-tahu aja ada mobil yang lewat dan memanggil-manggil kami. Kirain siapa gitu ya, soalnya Unpad pas malam tuh gelap super. Ternyata orang tuanya temanku―kami waktu itu sempat satu kampus sebelum aku pindah ke kampus yang sekarang.

Itulah mengapa aku sedemikian niatnya ingin mempertemukan orang tua kami karena mereka juga cukup dekat berkat anak-anaknya yang sangat dekat. Bisa dibilang udah saling percaya banget gitulah, dulu aku sering banget diajak pergi sama keluarganya. Ya ke mal, ke kolam renang, dsb.

Awalnya ibu sempat malas karena kuajak mencari temanku dan keluarganya, keder kali ya lihat tamu segini ramainya. Aku bilang cuma bentar aja, bahkan aku kode tidak berhenti ketika melihat ayahnya temanku di kejauhan. Tidak digubris karena saat itu ibu dan ayahku lagi mengobrol dengan mantan teman kantornya yang sekompleks dengan kami juga. Saat melihat temanku dan adiknya, aku langsung mengajak ibu untuk ke sana karena pasti ibunya di sekitar sana.

Ketemu tuh, mungkin tidak terlalu kaget karena sudah dikabari para anak. Dan … padahal lo tadi ibu bilang nggak mau ketemu karena kebelet, pas diketemuin malah ngobrol ngalor ngidul…. Hal ini pun kuadukan ke temanku, hahaha. 😂 Kami bahkan sampai pindah tempat gitu menuju tempat ayahku yang masih di tempat yang sama. Kali ini para ayah ga bertemu. Padahal tadinya menyusul ayah tuh karena ingin pulang, pamitan gitu, lha kok malah ngobrol lagi. 😂

Aku sempat menceletuk, “perasaan tadi kita disuruh udahan ngobrolnya kok malah ngobrol lagi, ya,” kemudian diiyakan sambil tertawa oleh temanku dan adiknya. Setelah itu kami jadi ikutan ngobrol lagi. 😂 Tamu yang mulai sepi adalah hal yang kuingat ketika kami benar-benar berhenti mengobrol dan pamit pulang.

Besoknya mereka sudah akan pulang, dan entah kapan kami akan bertemu lagi. :”)

.

Depok, 16 Agustus 2018

Leave a comment